Tiga Jalan Amir Sjarifuddin (Bagian 2)

Amir Sjarifuddin lalu membentuk kabinet baru yang berisi banyak golongan sayap kiri, Soe Hok Gie menyebutnya “kabinet kiri jauh”. Para penyokong kabinet PM Amir adalah Partai Sosialis, PKI, eks BTI dan golongan buruh seperti Setiadjit wakil PM (PBI-komunis di Belanda), Abdulmadjid (PS) Menteri Muda Dalam Negeri, Tamzil (PS) Menteri Muda Luar Negeri,Tjokronegoro (PS) Menteri Muda Perekonomian, Wikana dan Maruto Darusman (PKI) menjadi Menteri Negara dan S. K Trimurti (Buruh) menjadi Menteri Perburuhan.Read More »

Tiga Jalan Amir Sjarifuddin (Bagian 1)

Amir
Amir Sjarifuddin

Sepanjang 20 tahun hidup, 1928-1948, Amir membaktikan separuh hidupnya kepada politik. Dan untuk itu ia pun harus menempuh sepanjang labirin, untuk menemukan jalan keluar daripadanya. Namun tidak jarang harus menemui jalan buntu (Leclerc 2011a: 42).

Dalam kereta khusus yang berjalan ke arah Yogyakarta, seorang wartawan Antara berusaha mewawancarai seorang laki-laki sedang membaca Romeo and Juliet karangan Shakespeare. Pria yang berusaha diwawancarai tapi banyak diam itu bukan orang sembarangan. Dia adalah mantan Menteri Pertahanan dan Penerangan serta Perdana Menteri Indonesia, Amir Sjarifuddin. Bersama Soeripno dan Harjono, Amir tiba di Yogyakarta tanggal 5 Desember. Di stasiun, rakyat telah berjejal ingin melihat wajah Amir dari dekat. Amir dengan perasaan tenang melihat kerumunan itu, ia mungkin tahu bahwa hari-harinya tidak akan lama lagi.Read More »

Peta Perubahan dalam Sejarah Manusia

Usaha untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada umat manusia telah dilakukan oleh beberapa sejarawan. Pertanyaan yang diajukan sebenarnya sederhana mengapa bangsa ini atau peradaban ini sedemikian maju dan yang lain tertinggal. Beberapa sejarawan besar telah mencoba menjawab pertanyaan ini, mulai dari Oswald Spengler, Arnold Toynbee, Fernarnd Braudel, Will Durant sampai Jared Diamond yang terbaru. Spengler berpendapat bahwa naik dan turunnya peradaban berjalan seperti siklus musim dan tidak dapat dielakkan. Toynbee menyatakan bahwa peradaban dunia melalui fase: munculnya peradaban, berkembangnya peradaban, kesulitan dan hancurnya peradaban. Tumbuh dan runtuhnya peradaban menurut Toynbee tergantung bagaimana peradaban tersebut bisa merespons tantangan yang ada.Read More »

Negara (dan) Islam: Disekitar Polemik Soekarno dan Natsir

Judul: Polemik Negara Islam: Soekarno vs Natsir

Penulis: Ahmad Suhelmi

Penerbit: UI Press, 2012

Tebal: xix + 196 halaman; ISBN: 978-979-456-461-5

Meskipun sudah ada “gentlemen agreement” antara “kelompok nasionalis” dan “kelompok agama” yang memperdebatkan relasi antara negara dan Islam dalam penyusunan dasar negara,[1] polemik tentang negara Islam tidak pernah selesai. Dalam diskursus politik Islam kontemporer, wacana ini masih diperdebatkan oleh sejumlah kelompok yang bisa dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu Islam liberal dan Islam literal. Kelompok Islam liberal merupakan transformasi dari gagasan-gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid. Kelompok ini terutama diwakili oleh intelektual-intelektual muda Islam seperti Ulil Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukanie dan Akhmad Sahal yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal.Read More »