Peta Perubahan dalam Sejarah Manusia

Usaha untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada umat manusia telah dilakukan oleh beberapa sejarawan. Pertanyaan yang diajukan sebenarnya sederhana mengapa bangsa ini atau peradaban ini sedemikian maju dan yang lain tertinggal. Beberapa sejarawan besar telah mencoba menjawab pertanyaan ini, mulai dari Oswald Spengler, Arnold Toynbee, Fernarnd Braudel, Will Durant sampai Jared Diamond yang terbaru. Spengler berpendapat bahwa naik dan turunnya peradaban berjalan seperti siklus musim dan tidak dapat dielakkan. Toynbee menyatakan bahwa peradaban dunia melalui fase: munculnya peradaban, berkembangnya peradaban, kesulitan dan hancurnya peradaban. Tumbuh dan runtuhnya peradaban menurut Toynbee tergantung bagaimana peradaban tersebut bisa merespons tantangan yang ada.

Jared Diamond, Profesor Geografi di University of California, Los Angeles, seorang ahli fisiologi, ahli burung dan ahli ekologi lalu berbelok menjadi sejarawan peradaban, berusaha menjawab pertanyaan yang sama dengan analisis yang berbeda. Dia menulis sebuah buku yang menjadi perdebatan publik berjudul Guns, Germs and Steel: The Fates of Human Societies. Tulisan sederhana ini ingin mengulas buku yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 ini.

****

Awalnya saat sedang melakukan penelitian evolusi burung di Papua Nugini, Diamond bertemu dengan seorang politikus lokal bernama Yali yang bertanya kepadanya “kenapa kalian orang kulit putih membuat begitu banyak barang berharga dan membawanya ke Papua, tapi kami orang kulit hitam memiliki begitu sedikit barang berharga sendiri?” Pertanyaan inilah yang memacu munculnya pertanyaan lain. Mengapa sejarah berkembang secara berbeda-beda di berbagai benua? Mengapa suku bangsa turunan Erasia yang mencapai kemakmuran dan menaklukkan suku bangsa penduduk asli Australia, Amerika dan Afrika, bukan sebaliknya?

jared-diamond
Jared Diamond

Diamond menolak tesis yang populer di Barat bahwa perbedaan genetis dan intelektual merupakan faktor penyebab keunggulan Erasia. Lewat buku ini, Diamond menegaskan bahwa akar ketimpangan itu sebenarnya muncul sejak zaman prasejarah, karena perbedaan karakteristik geografi dan lingkungan yang menyebabkan munculnya alur kebudayaan di berbagai benua yang tumbuh cepat berbeda-beda. Keunggulan peradaban Erasia bukan karena faktor intelegensia, melainkan adanya “kesempatan” dan “kebutuhan”. Mereka berhasil memanfaatkan dan mengolah dua faktor itu, dan ini nantinya berefek pada domestikasi tumbuhan dan hewan, pengembangan produksi pangan, pengaturan organisasi pemerintahan yang baik, melek huruf, teknologi serta yang paling penting “bedil, kuman dan baja”.

Bedil, Kuman dan Baja

Pada mulanya umat manusia adalah pemburu pengumpul. Kemudian terjadi fase perpindahan dari pemburu pengumpul menjadi penetap dan mengembangkan pertanian. Pengembangan sistem produksi pangan ini tidak dilakukan di semua tempat. Daerah Erasia merupakan wilayah pertama yang mengembangkan model produksi pangan karena dalam catatan arkeologis tertua domestikasi pangan dilakukan di wilayah Bulan Sabit Subur sekitar 8500 SM dengan tumbuhan gandum, ercis dan jelai. Tidak berselang lama kemudian sekitar 7500 SM Cina melakukan domestikasi tumbuhan padi dan jemawut. Sekitar wilayah Eropa Barat kemudian mengembangkan domestikasi tumbuhan dipicu oleh wilayah Asia Barat Daya. Sedangkan penduduk asli Amerika mengembangankan domestikasi tumbuhan lebih lambat, Andes dan Amazonia sekitar tahun 3500 SM, Mesoamerika 3500 SM dan Amerika Serikat bagian Timur 2500 SM.

Selain hal itu, wilayah Erasia mewarisi lebih banyak varietas mamalia besar dibandingkan semua tempat lain di dunia. Terdapat 13 spesies mamalia besar yang terdomestikasi hidup di Erasia yang menjadi sumber utama protein hewani (daging dan susu), bulu, kulit, moda utama transportasi, pendorong perang dan produksi pangan. Sementara itu, di wilayah Amerika hanya memiliki satu jenis spesies mamalia domestik besar, yaitu Ilama yang berada terbatas di wilayah Andes dan pesisir Peru. Perbedaan ini disebabkan karena wilayah Erasia yang luas, keanekaragaman ekosistem dan sedari awal mempunyai kandidat yang lebih banyak. Kedua, di wilayah Australia dan Amerika terjadi kepunahan besar-besaran mamalia besar pada akhir masa Pleistosen.

Wilayah Erasia yang besar, luas, dan memanjang serta tersedianya domestikasi lebih banyak tumbuhan dan hewan merupakan kelebihan geografis dan lingkungan yang memicu akselerasi pertumbuhan lebih cepat. Proses penyebaran produksi pangan dalam wilayah Erasia juga tergolong cepat disebabkan oleh sumbu timur-barat cenderung memiliki variasi musiman yang agak sama sehingga proses adaptasi terhadap iklim tergolong baik. Situasi berbeda dialami oleh penyebaran sumbu utara-selatan Afrika dan Amerika yang banyak menemui kesulitan-kesulitan.

Produksi pangan melahirkan masyarakat yang menetap kemudian tumbuh menjadi berpopulasi padat. Lebih dari itu produksi pangan menciptakan setidaknya tiga ciri masyarakat kompleks: (1) munculnya pemanfaatan buruh secara musiman (2) terjadinya spesialisasi ekonomi dan stratifikasi sosial (3) gaya hidup menetap yang adalah prasyarat bagi akumulasi harta benda, pengembangan teknologi serta pembangunan struktur publik. Akselerasi pada teknologi inilah lalu mendorong tercipta “bedil” dan “baja”. Bedil adalah superioritas persenjataan militer sementara baja adalah superioritas teknologi dan organisasional militer.

Kedua hal ini yang berpengaruh besar pada proses penaklukan penduduk asli di Amerika – selain penguasaan tulisan. Seperti yang digambarkan pada pertempuran di Cajamarca antara Francisco Pizarro penakluk asal Spanyol dan Atahuallpa Kaisar Inka tahun 1532. Pizarro yang hanya membawa 168 pasukan bisa menaklukkan 80.000 pasukan Atahuallpa. Bagaimana bisa pasukan berjumlah 168 orang bisa menaklukkan 80.000 pasukan? Kelebihan kekuatan Pizarro didukung oleh bedil dan baja: senapan yang walaupun tidak digunakan banyak dalam perang namun menimbulkan dampak psikologis ketika ditembakkan. Lalu yang paling berperan penting adalah persenjataan baja, pedang, tombak dan belati baja, kemudian zirah baja melindungi mereka dari pentungan orang Inka serta faktor strategi militer menggunakan kuda.

Faktor perbedaan lain yang menurut Diamond tak kalah penting adalah “kuman”, yakni penyebaran penyakit yang datang dari hewan Erasia. Jauh lebih banyak penduduk asli Amerika yang mati akibat kuman daripada bedil dan pedang baja. Saat Pizarro menaklukkan Kekaisaran Inka, cacar air telah menewaskan banyak sekali penduduk Inka sejak tahun 1526 termasuk Kaisar Huayna Capac. Kekosongan tahta ini menyebabkan terjadinya perang saudara antara dua putra Huayna Capac, Atahuallpa dan Huascar. Situasi ini dimanfaatkan oleh Pizarro. Begitupula yang terjadi dengan penaklukkan Hernan Cortes atas Kekaisaran Aztec. Faktor penentu kemenangan Spanyol adalah cacar yang ditularkan kepada orang Aztec tahun 1520. Epidemi cacar membunuh nyaris sebagian populasi Aztec termasuk Kaisar Cuitlahuac. Orang-orang Aztec heran mengapa penyakit misterius ini sungguh mematikan tapi tidak menyerang orang Spanyol. Menurut Diamond tubuh orang Eropa telah terbiasa dengan berbagai penyakit mematikan yang berasal dari domestikasi hewan Erasia. Sehingga tingkat kekebalan terhadap berbagai penyakit ini begitu tinggi.

Kemunculan buku ini menggegerkan dunia akademik akhir 1990an. Dan buku ini berhasil memenangkan Pulitzer Prize tahun 1998.

Menurut saya buku ini membangkitkan kembali analisis sejarah yang dipopulerkan oleh kelompok Annales School di Perancis. Kelompok ini meramu elemen sejarah, geografi dan sosiologi dalam menghadirkan kembali sejarah masyarakat atau peradaban. Buku ini menjadi semacam tonggak kembali pendekatan geografis-historis di Amerika Serikat yang sempat mati setelah dekade 1960an.

Meskipun didaulat sebagai pemikiran yang menghasilkan perspektif baru dalam melihat sejarah peradaban dunia, buku ini tak lepas dari kritik. Buku ini menurut saya mempunyai pandangan Eurosentris dalam menjelaskan peta perubahan yang menyebabkan mengapa Barat bisa lebih maju daripada yang lain.

Kritik datang pula dari James Blaut yang mengatakan bahwa pendekatan dalam buku ini sangat enviromental determinism. Lalu Diamond dalam beberapa hal melupakan faktor-faktor politik Eropa dalam menjelaskan analisisnya.

One thought on “Peta Perubahan dalam Sejarah Manusia

Leave a comment